Bunga Nasional Korea Utara Ternyata Berasal Dari Indonesia

9 Mar 2011

Pada 13 April 1965, Presiden Korea Utara
Kim Il Sung melakukan kunjungan
diplomatik ke Indonesia. Pada kesempatan
kunjungan itu, Presiden Indonesia
Soekarno mengajak Kim Il Sung berjalan-
jalan ke Kebun Raya Bogor, sebuah taman
besar tempat tumbuhnya berbagai jenis
tanaman. Ketika mereka berjalan-jalan di
taman itu sambil menikmati indahnya
suasana, Kim Il Sung berhenti sejenak
untuk menikmati deretan anggrek jenis
“ dendrobium” asal Makassar, yang sedang
mekar. Melihat sejawatnya tertarik dengan
bunga itu, Bung Karno langsung
memberikan bunga anggrek tersebut
kepada Kim Il Sung. Hadiah itu sekaligus
sebagai hadiah ulang tahun untuk sang
tamu. Pada saat itu juga, Bung Karno
berinisiatif untuk memberikan nama
kepada bunga tersebut. Muncullah nama
“ Kimilsungia”, perpaduan nama Kim Il Sung
dan Indonesia. Sejak itulah, Kimilsungia
diabadikan sebagai bunga nasional Korea
Utara, sekaligus sebagai simbol
persahabatan Indonesia dan Korea Utara.
“ Diplomasi bunga” ala Soekarno itu
akhirnya menjadikan Indonesia sebagai
negara istimewa di hati rakyat Korea Utara.
Tidak ingin mengecewakan negara
pemberi, Kimilsungia pun dirawat dan
dikembangkan di Korea Utara.
Pengembangan bunga itu terus berjalan di
Korea Utara. Proses budi daya di negeri itu
bukan hanya menjadikan bunga itu terus
tumbuh, melainkan dikembangkan menjadi
lebih subur. Jika di Indonesia Kimilsunga
memiliki tiga kuntum setiap tangkainya, di
Korea Utara dibudidayakan menjadi enam
hingga tujuh kuntum setiap tangkai. Untuk
mengenang hubungan baik kedua negara,
pemerintah Korea Utara pada 1999, untuk
pertama kalinya, menggelar “Festival
Bunga Kimilsungia”. Festival itu juga
sebagai penghormatan bangsa Korea Utara
kepada mendiang Kim Il Sung, presiden
yang sangat dicintai rakyatnya. “Setiap
penyelenggaraan agenda tahunan itu pula
Pemerintah Indonesia menjadi satu-
satunya negara yang mendapat
kehormatan untuk memberikan sambutan
pada acara pembukaan festival, ” kata
Dirjen Pariwisata Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata Wardiyatmo. Indonesia dan
Korea Utara berupaya menjaga sekaligus
memperkukuh hubungan baik tersebut
dengan melakukan saling kunjungan
antarkepala pemerintahan. Kunjungan
Presiden Megawati Soekarno Putri ke
Pyongyang pada Maret 2002 misalnya,
memiliki makna khusus, karena Megawati
merupakan putri Bung Karno. Dilanjutkan
kunjungan kenegaraan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada Juni 2006 atas
undangan Presiden Korea Utara Kim Jong
Il, putra Kim Il Sung.
Misi seni budaya Hubungan kedua negara di
bidang kebudayaan muncul sebagai salah
satu aspek dari hubungan bidang ekonomi
dan politik. Berjalannya proses kerjasama
timbal-balik di bidang kebudayaan
masyarakat kedua negara terus
berkembang sampai pada tingkat lembaga
dan pemerintahan daerah. Pentingnya
pengembangan kerjasama bidang
kebudayaan ditegaskan Dirjen Budpar
Wardiyatmo. Menurut Wardiyatmo,
Festival Bunga Kimilsungia dan “April
Spring Frienship Art Festival” (ASFAF) yang
diselenggarakan setiap bulan April dapat
dijadikan sebagai agenda rutin
mempererat hubungan kedua negara. Pada
ASFAF 2009, Depbudpar mengirim tim
kesenian Krakatau Group yang dimotori
seniman Dwiki Darmawan. Grup itu tampil
di Grand Theater, Pyongyang, 8-18 April.
Krakatau Group selain menampilkan musik
tradisional juga penari kontemporer Didiek
Ninik Towok dan sinden Peni Chandra. Pada
festival itu, Krakatau berhasil meraih “
Gold Prize” untuk Komposisi Terbaik dan
Peni mendapat “Silver Prize” sebagai
penampil vokal terbaik dengan
menyisihkan 22 negara peserta. Dwiki
menuturkan, penghargaan yang diperoleh
kelompok seni Krakatau menunjukkan
betapa pentingnya bagi kedua negara
saling memperkenalkan dan menggali seni
dan budaya kedua negara. Suami artis
penyanyi Ita Purnamasari itu bahkan dapat
menarik pelajaran dari penampilan
kelompok Krakatau di Korea Utara itu.
Menurut dia, meskipun negara tersebut
memiliki faham komunis murni, mereka
tetap memelihara nilai-nilai budaya dan
berupaya menghargai budaya negara lain.
Menurut Wardiyanto, Indonesia dan Korea
Utara memiliki payung kerjasama program
pertukaran kebudayaan pada 2007-2009,
antara lain pertukaran seni, budaya, dan
film. Di Indonesia, seniman lukis Korea
Utara secara rutin melakukan pameran,
untuk memperkenalkan budaya negara itu
kepada masyarakat Indonesia. Depbudpar
sebagai institusi yang bertugas
mengembangkan seni dan budaya sedang
menyelesaikan penerbitan buku yang
memuat hubungan harmonis kedua negara
yang ditulis Yussie Avianto Pareanom,
penulis buku Ekspedisi Kapal Borobudur
“ Jalur Kayu Manis”. Berbagai kegiatan itu,
Wardiyanto, dapat menjadi pupuk yang
makin menyuburkan Kimilsungia, bunga
persahabatan Indonesia-Korea Utara.

Terima kasih sudah membaca Bunga Nasional Korea Utara Ternyata Berasal Dari Indonesia dan sempatkan untuk membaca yang lainnya broth..
TEMPLATE DESIGN BY
m-template - by: bagas96

0 Pendapat:

copy smiley kode

Posting Komentar

Entri Populer

Catagory

#top I Pemilik script aztanz lie ziear copyright 2011
Bandung - 4 blogger.com