Stres dan Depresi : akibat tidak menjalankan Agama

17 Feb 2011
TEKS
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku,
maka sesungguhnya baginya penghidupan yang
sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada
hari kiamat dalam keadaan buta..." (QS. Thaahaa,
20:124)
"Barangsiapa yang Allah menghendaki akan
memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia
melapangkan dadanya untuk (memeluk agama)
Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah
kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya
sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki
langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada
orang-orang yang tidak beriman." (QS. Al
An'aam, 6:125)
Keengganan orang-orang yang jauh dari
agama untuk taat kepada Allah menyebabkan
mereka terus-menerus menderita perasaan tidak
nyaman, khawatir dan stres. Akibatnya, mereka
terkena berbagai ragam penyakit kejiwaan yang
mewujud pada keadaan raga mereka. Tubuh
mereka lebih cepat mengalami kerusakan, dan
mereka mengalami penuaan yang cepat dan
melemah.
Sebaliknya, karena orang-orang beriman sehat
secara kejiwaan, mereka tidak terkena stres, atau
berkecil hati, dan jasmani mereka senantiasa
prima dan sehat. Pengaruh baik akibat
ketundukan mereka kepada Allah, tawakal mereka
kepada-Nya dan kepribadian kokoh mereka,
kemampuan melihat kebaikan dalam segala hal,
dan ridha dengan apa yang terjadi sembari
berharap akan janji-Nya, tercermin dalam
penampilan raga mereka.
Hal ini tentu saja dialami oleh mereka
yang menjalani hidupnya sesuai ajaran Al Qur'an,
dan yang benar-benar memahami agama. Tentu
saja mereka pun dapat menderita sakit dan pada
akhirnya mengalami penuaan, namun proses
alamiah ini tidak disertai dengan kerusakan pada
sisi kejiwaan sebagaimana yang dialami oleh
selainnya.
Stres dan depresi, yang dianggap
sebagai penyakit zaman kita, tidak hanya
berbahaya secara kejiwaan, tapi juga mewujud
dalam berbagai kerusakan tubuh. Gangguan
umum yang terkait dengan stres dan depresi
adalah beberapa bentuk penyakit kejiwaan,
ketergantungan pada obat terlarang, gangguan
tidur, gangguan pada kulit, perut dan tekanan
darah, pilek, migrain [sakit kepala berdenyut yang
terjadi pada salah satu sisi kepala dan umumnya
disertai mual dan gangguan penglihatan],
sejumlah penyakit tulang, ketidakseimbangan
ginjal, kesulitan bernapas, alergi, serangan
jantung, dan pembengkakan otak. Tentu saja
stres dan depresi bukanlah satu-satunya
penyebab semua ini, namun secara ilmiah telah
dibuktikan bahwa penyebab gangguan-gangguan
kesehatan semacam itu biasanya bersifat
kejiwaan.
Stres, yang menimpa begitu banyak
orang, adalah suatu keadaan batin yang diliputi
kekhawatiran akibat perasaan seperti takut, tidak
aman, ledakan perasaan yang berlebihan, cemas
dan berbagai tekanan lainnya, yang merusak
keseimbangan tubuh. Ketika seseorang menderita
stres, tubuhnya bereaksi dan membangkitkan
tanda bahaya, sehingga memicu terjadinya
beragam reaksi biokimia di dalam tubuh: Kadar
adrenalin dalam aliran darah meningkat;
penggunaan energi dan reaksi tubuh mencapai
titik tertinggi; gula, kolesterol dan asamasam
lemak tersalurkan ke dalam aliran darah; tekanan
darah meningkat dan denyutnya mengalami
percepatan. Ketika glukosa tersalurkan ke otak,
kadar kolesterol naik, dan semua ini
memunculkan masalah bagi tubuh.
Oleh karena stres yang parah,
khususnya, mengubah fungsi-fungsi normal
tubuh, hal ini dapat berakibat sangat buruk. Akibat
stres, kadar adrenalin dan kortisol di dalam tubuh
meningkat di atas batas normal. Peningkatan
kadar kortisol dalam rentang waktu lama
berujung pada kemunculan dini gangguan-
gangguan seperti diabetes, penyakit jantung,
tekanan darah tinggi, kanker, luka pada
permukaan dalam dinding saluran pencernaan,
penyakit pernapasan, eksim dan psoriasis [sejenis
penyakit kulit yang ditandai oleh pembentukan
bintik-bintik atau daerah berwarna kemerahan
pada kulit, yang tertutupi oleh lapisan tanduk
berwarna perak]. Kadar kortisol yang tinggi dapat
berdampak pada terbunuhnya sel-sel otak.
Sejumlah gangguan akibat stres digambarkan
dalam sebuah sumber sebagaimana berikut:
Terdapat kaitan penting antara stres dan
tegang [penegangan], serta rasa sakit yang
ditimbulkannya. Penegangan yang diakibatkan
stres berdampak pada penyempitan pembuluh
darah nadi, gangguan pada aliran darah ke
daerah-daerah tertentu di kepala dan penurunan
jumlah darah yang mengalir ke daerah tersebut.
Jika suatu jaringan mengalami kekurangan darah
hal ini akan langsung berakibat pada rasa sakit,
sebab suatujaringan yang di satu sisi mengalami
penegangan mungkin sedang membutuhkan
darah dalam jumlah banyak dan di sisi lain telah
mendapatkan pasokan darah dalam jumlah yang
kurang akan merangsang ujung-ujung saraf
penerima rasa sakit. Di saat yang sama zat-zat
seperti adrenalin dan norepinefrin, yang
mempengaruhi sistem saraf selama stres
berlangsung, juga dikeluarkan. Hal ini secara
langsung atau tidak langsung meningkatkan dan
mempercepat penegangan otot. Demikianlah,
rasa sakit berakibat pada penegangan,
penegangan pada kecemasan, dan kecemasan
memperparah rasa sakit.
Akan tetapi, salah satu dampak paling
merusak dari stres adalah serangan jantung.
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang
agresif, khawatir, cemas, tidak sabar, dengki,
suka memusuhi dan mudah tersinggung
memiliki peluang terkena serangan jantung jauh
lebih besar daripada orang yang tidak memiliki
kecenderungan sifat-sifat tersebut.
Alasannya adalah bahwa rangsangan
berlebihan pada sistem saraf simpatetik [yakni
sistem saraf yang mengatur percepatan denyut
jantung, perluasan bronkia, penghambatan otot-
otot halus sistem pencernaan makanan, dsb.],
yang dimulai oleh hipotalamus, juga
mengakibatkan pengeluaran insulin yang
berlebihan, sehingga menyebabkan penimbunan
kadar insulin dalam darah. Ini adalah
permasalahan yang teramat penting. Sebab, tak
satu pun keadaan yang berujung pada penyakit
jantung koroner memainkan peran yang
sedemikian paling penting dan sedemikian
berbahaya sebagaimana kelebihan insulin dalam
darah.
Para ilmuwan telah mengetahui bahwa
semakin parah tingkat stres, maka akan semakin
lemahlah peran positif sel-sel darah merah di
dalam darah. Menurut sebuah penelitian yang
dikembangkan oleh Linda Naylor, pimpinan
perusahaan alih teknologi Universitas Oxford,
pengaruh negatif berbagai tingkatan stres pada
sistem kekebalan tubuh kini dapat diukur.
Terdapat kaitan erat antara stres dan
sistem kekebalan tubuh. Stres kejiwaan memiliki
dampak penting pada sistem kekebalan dan
berujung pada kerusakannya. Saat dilanda stres,
otak meningkatkan produksi hormon kortisol
dalam tubuh, yang melemahkan sistem
kekebalan. Atau dengan kata lain, terdapat
hubungan langsung antara otak, sistem kekebalan
tubuh dan hormon. Para pakar di bidang ini
menyatakan:
Pengkajian terhadap stres kejiwaan atau
stres raga telah mengungkap bahwa selama stres
berat berlangsung terjadi penurunan pada daya
kekebalan yang berkaitan dengan keseimbangan
hormonal. Diketahui bahwa kemunculan dan
kemampuan bertahan dari banyak penyakit
termasuk kanker terkait dengan stres.
Singkatnya, stres merusak
keseimbangan alamiah dalam diri manusia.
Mengalami keadaan yang tidak normal ini secara
terus-menerus akan merusak kesehatan tubuh,
dan berdampak pada beragam gangguan fungsi
tubuh. Para ahli menggolongkan dampak buruk
dari stres terhadap tubuh manusia dalam
sejumlah kelompok utama sebagaimana berikut:
Cemas dan Panik: Suatu perasaan yang
menyebabkan peristiwa tidak terkendali.
Mengeluarkan keringat yang semakin lama
semakin banyak
Perubahan suara: Berbicara secara gagap dan
gugup
Aktif yang berlebihan: Pengeluaran energi yang
tiba-tiba, pengendalian diabetik yang lemah
Kesulitan tidur: Mimpi buruk
Penyakit kulit: Bercak, bintik-bintik, jerawat,
demam, eksim dan psoriasis.
Gangguan saluran pencernaan: Salah cerna, mual,
luka pada permukaan dalam dinding saluran
pencernaan
Penegangan otot: gigi yang bergesekan atau
terkunci, rasa sakit sedikit tapi terus-menerus
pada rahang, punggung, leher dan pundak
Infeksi berintensitas rendah: pilek, dsb.
Migrain
Denyut jantung dengan kecepatan yang tidak
wajar, rasa sakit pada dada, tekanan darah tinggi
Ketidakseimbangan ginjal, menahan air
Gangguan pernapasan, pendek napas
Alergi
Sakit pada persendian
Mulut dan tenggorokan kering
Serangan jantung
Melemahnya sistem kekebalan
Pengecilan di bagian otak
Perasaan bersalah dan hilangnya percaya diri
Bingung, ketidakmampuan menganalisa secara
benar, kemampuan berpikir yang rendah, daya
ingat yang lemah
Rasa putus asa yang besar, meyakini bahwa
segalanya berlangsung buruk
Kesulitan melakukan gerak atau diam, memukul-
mukul dengan irama tetap
Ketidakmampuan memusatkan perhatian atau
kesulitan melakukannya
Mudah tersinggung dan sangat peka
Bersikap yang tidak sesuai dengan akal sehat
Perasaan tidak berdaya atau tidak
berpengharapan
Kehilangan atau peningkatan nafsu
Kenyataan bahwa mereka yang tidak
mengikuti nilai-nilai ajaran agama mengalami
"stres" dinyatakan oleh Allah dalam Al Qur'an:
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku,
maka sesungguhnya baginya penghidupan yang
sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada
hari kiamat dalam keadaan buta..." (QS. Thaahaa,
20:124)
Dalam sebuah ayat lain, Allah telah
menyatakan bahwa "� hingga apabila bumi telah
menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu
luas dan jiwa mereka pun telah sempit (pula
terasa) oleh mereka, serta mereka telah
mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari
(siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja�" (QS.
At Taubah, 9:118)
Kehidupan yang "gelap dan sempit" ini,
atau stres, nama yang diberikan di masa kini,
adalah akibat ketidakmampuan orang-orang tak
beriman untuk menaati nilai-nilai akhlak yang
diajarkan agama. Kini, para dokter menyatakan
bahwa jiwa yang tenang, damai dan penuh
percaya diri sangatlah penting dalam melindungi
pengaruh stres. Kepribadian yang tenang dan
damai hanya dimungkinkan dengan menjalani
hidup sesuai ajaran Al Qur'an. Sungguh, telah
dinyatakan dalam banyak Al Qur'an bahwa Allah
akan memberikan "ketenangan" dalam diri orang-
orang beriman. (Al Qur'an, 2:248, 9:26, 40, 48:4,
18) Janji Tuhan kita terhadap orang-orang
beriman telah dinyatakan sebagaimana berikut:
Barangsiapa yang mengerjakan amal
saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan. (QS, An Nahl, 16: 97)

Terima kasih sudah membaca Stres dan Depresi : akibat tidak menjalankan Agama dan sempatkan untuk membaca yang lainnya broth..
TEMPLATE DESIGN BY
m-template - by: bagas96

0 Pendapat:

copy smiley kode

Posting Komentar

Entri Populer

Catagory

#top I Pemilik script aztanz lie ziear copyright 2011
Bandung - 4 blogger.com